Minggu, 01 Januari 2012

Kehidupan Orangutan di Danau Sentarum

Orangutan yang memunyai jati diri penyendiri itu semakin terusik oleh ulah para pemburu bayaran perusahaan sawit di Kalimantan. Kera besar ini dianggap sebagai hama perusak tanaman sawit sehingga dijadikan target untuk dibasmi. Primata ini juga acap panik ketika mendengar dentuman dinamit dari aktivitas perusahaan pertambangan.
  1. Naluri hewan soliter ini memberikan sinyal ada ancaman di sekitar wilayah teritorialnya. Artinya, hutan sebagai habitat mereka tidak lagi nyaman untuk dihuni. Ketika orangutan terusir dari "rumahnya", mereka harus berhadapan dengan masyarakat yang juga memanfaatkan hutan sebagai tempat penghidupan. Konfl ik pun tak terhindarkan saat orangutan memasuki kebun atau ladang dan memanfaatkan tanaman atau pohon yang ada.

Mirisnya, salah satu anggota masyarakat di belantara Borneo justru merasa bangga pernah membunuh 50 orangutan. "Kesannya keren, gitu loh," ungkap peneliti Suci Utami Atmoko dari Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (PERHAPPI) saat memaparkan hasil survei kondisi orangutan di Kalimantan, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Suci bersama tim dari The Nature Conservation (TNC) dan 18 lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal melakukan survei menggunakan metode wawancara masyarakat yang hidup berdampingan dengan habitat orangutan. Kegiatan survei dilaksanakan selama 15 bulan, mulai April 2008 hingga September 2009, dan hasilnya dipublikasikan di jurnal internasional tahun ini.

Terdapat 698 desa terpilih dengan jumlah responden 6.972 orang di wilayah Kalimantan Tengah (59,6 persen), Kalimantan Barat (33,8 persen), Kalimantan Timur (6,6 persen). Secara keseluruhan, 4,9 persen responden mengaku pernah membunuh paling tidak satu orang dalam hidupnya. Dari hasil survei itu, terdapat banyak alasan responden membunuh orangutan.

Namun ada alasan yang perlu diketahui oleh semua pihak bahwa ada kesengajaan perusahaan kelapa sawit memaksa karyawannya membunuh orangutan. "Mereka berani mengungkapkan fakta tersebut ketika sudah keluar dari perusahaan sawit," ucap Suci. Sebenarnya, lanjut Suci, mereka tidak tega membunuh orangutan karena ada perasaan sangat mirip dengan manusia.

Pun sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa orangutan termasuk hewan yang dilindungi pemerintah. Tapi apa boleh buat karena mereka juga membutuhkan pekerjaan untuk penghidupan sehari-hari. Hasil survei tersebut juga menunjukkan tingkat pembunuhan orangutan oleh masyarakat berhubungan dengan jarak terhadap kebun kelapa sawit, konsesi HPH, atau hutan lindung, untuk desa di dataran rendah.

"Semakin dekat jarak dari sawit, konsepsi HPH atau pun hutan lindung, maka pembunuhan orangutan akan meningkat," ujar Suci. Alasan masyarakat lainnya memang sengaja berburu orangutan adalah untuk diperdagangkan. Orangutan dijadikan hewan peliharaan oleh sebagian mereka yang kebetulan berduit.

Ada pula yang mengungkapkan bahwa mereka terpaksa berburu orangutan ketika sulit menemukan hewan lainnya. Pasalnya, orangutan ini relatif mudah untuk ditangkap. Pembunuhan orangutan sebagian besar dilatarbelakangi untuk dikonsumsi sebesar 54 persen. Dalam proporsi kecil, terungkap penangkapan orangutan untuk kepentingan pengobatan. "Dalam kurun waktu satu tahun sebelum survei dilakukan, diperkirakan sebanyak 750 - 1.800 orangutan mati oleh beragam sebab," tandas Suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar